Powered By Blogger

Selasa, 18 Mei 2010

Manfaat Mempelajari Bahasa Indonesia 1 & 2

Manfaat yang saya terima dari mempelajari Bahasa Indonesia 1 dan 2 adalah lebih memahami bagaimana cara menggunakan Bahasa Indonesia secara baik dan benar. Serta mengetahui jenis-jenis paragraf, kalimat, bahkan majas.
Kenyataannya, sekarang ini banyak anak muda Indonesia sendiri tidak tahu bagaimana cara menggunakan bahasa Indonesia secara baik dan benar. Banyak yang masih salah kaprah. Maka dari itu, penting sekali untuk kita untuk mempelajari bahasa Indonesia.
Selain memang bahasa persatuan, kita tentu harus bangga dengan bahasa sendiri, bukan?

Kritik dan Saran Mata Kuliah Softskill

Kritik:
Mata kuliah softskill ini sangat bagus. Siswa diajarkan untuk membangun kreatifitasnya kedalam sebuah tulisan. Karena belum tentu semua orang dapat mengutarakan isi pikirannya, maka dengan softskill inilah siswa dilatih untuk dapat melakukannya.

Saran:
Agar mata kuliah softskill ini dapat terus berjalan sehingga dapat menghasilkan siswa-siswa yang kreatif dalam mengungkapkan suatu ide.

Senin, 03 Mei 2010

GEMINI

Gemini adalah simbol kecerdasan, memiliki banyak akal. Komunikasi dan bahasa sangat penting bagi mereka. Mereka memiliki kemampuan berkembang dan belajar yang tinggi. Umumnya para Gemini tidak stabil, reaksi terhadap situasi ditentukan oleh mood mereka. Bagi Gemini, keragaman adalah penyedap kehidupan. Mereka menikmati hasil yang mereka capai lewat kerja keras mereka sendiri. Gemini tidak menyukai rutinitas. Pengetahuan, pikiran yang cepat dan kepandaian jelas terlihat pada zodiak ini. Mereka mudah berubah-ubah. Simbol ini memiliki pesona alami dan energi karisma yang menarik semua zodiak. Mereka memiliki banyak ide yang dapat membuat kita tertarik, namun mereka cenderung cepat bosan jika mereka berada di sekitar orang yang tidak dapat mengikuti jalan pikiran mereka, dana cepat berpindah ke suatu tempat dimana orang di sekitarnya dapat mengikuti jalan pikiran mereka. Mereka biasa menikmati hidup mereka dan jarang melihat kembali kebelakang. Gemini dikenal dengan spontanitasnya dan kemampuan mereka berbicara mengenai segala hal. Mereka energik dan murah hati. Sikap plin plan mereka terkadang menyulitkan. Kamu tidak akan pernah tahu apa yang mereka pikirkan dan apa yang akan mereka lakukan. Cobalah bertanya pertanyaan yang sama pada hari berikutnya, maka kamu akan mendapatkan jawaban yang berbeda setiap harinya. Terkadang hal ini dapat membuatmu putus asa, namun dapat juga mempesonamu.
Asmara para Gemini: Jika kamu tidak dapat mengikuti pola pikir para Gemini, kamu tidak akan dapat bergaul dengan zodiak ini. Perubahan sikap adalah kunci memenangkan hati mereka. Gemini akan menggunakan kemampuan berkomunikasi mereka untuk merayu orang yang mereka sukai. Mereka cenderung menjauh dari orang yang tidak menantang mereka. Gemini memiliki rasa ingin tahu yang tinggi dan selama kamu dapat menimbulkan keingintahuan di hati mereka, mereka selamanya akan berada di sampingmu. Gemini menukai perubahan, mereka senantiasa mencari sesuatu yang lain, termasuk juga kekasih.


www.primbon.com

Ciuman

Bahkan upaya untuk memberikan nama padanya nyaris semacam pencemaran. Tiada, kekasihku. Tiada kalimat yang dapat menyimpulkan apa yang sedang kita alami ini. Mungkin mimpi.

Ya, impian yang kita masuki sambil terjaga
Sebuah dunia telah kena sihir: Jadi batas temaram antara kefanaan dan keabadian. Sedang kita hanyalah dua kanak yang bermain dalamnya, berpegangan tangan.

Masih saja berupaya mengerti, walau hasrat memahami nyaris berupa pengkhianatan. Tiada, kekasihku, tiada petunjuk bagi rahasia ini. Walau semua jadi pasti ketika kita menyerahkan diri pada sebuah ciuman.


Saini KM

Balada Sang Putri di Gubuk Hamba

Senja warna kencana ketika putri jelita itu tiba di pesanggrahan hamba. Tiga angsa seputih bunga kamboja mengiringinya.
Angsa-angsa ini tak mau kutinggal di puri. Selalu ingin mengikutiku ke mana pergi,” ucapnya.
Harum cempaka merekah dari langsat kulitnya. Bibir tipisnya mirah delima. Angin cemburu tak mampu mengurai hitam rambutnya. Hamba terpana pesona di hadapan hamba. Gerimis merah muda mengurai cuaca di kesunyian pesanggrahan.
Hamba tuntun sang putri masuk gubuk. Langkahnya pasti menjejak lantai tanah. Mulus betisnya memancarkan cahaya surgawi. Hamba menenteramkan riak-riak ombak di hati.
Sang putri duduk anggun di balai-balai bambu. Dia mengulum senyum. Seakan hendak menerka rahasia dari lontar-lontar kusam masa silam, yang hamba susun rapi di peti tua berukir bunga padma.
”Lautan dan topan sejatinya sepasang kekasih yang ingin menembangkan kidung-kidung dewa di cangkang-cangkang kerang,” lirihnya.
Hamba merasa malu pada hati hamba, yang tiba-tiba mekar di jelita matanya. Buru-buru hamba nyalakan pelita minyak kelapa. Malam telah membutakan jarak di pesanggrahan.
Remang cahaya pelita menggurat dua bayang di dinding kayu. Bayang yang saling termangu merunut silsilah dan sejarah, yang mengasingkan kami sejauh tahun-tahun kepedihan, sepanjang jarak dua belahan bumi.
”Angin apa kiranya yang membawamu ke sini, Putri? Hamba telah asingkan diri dari segala kenangan meski parasmu masih membekas di hati. Cahaya apa menuntun langkahmu, menyusuri jejak sunyi tak terperi, hingga tiba di gubuk hamba?”
Mata sekilau purnama menatap hamba tajam. Menembus remang ruang, remang jiwa. Bibir seindah mirah membuka sabda: ”masih ingatkah kau pada sebilah daun lontar di mana tertatah syair, yang kau gurat dari lubuk jiwamu?”
Hamba merasa darah hangat dari jantung yang berdegup malu, mengalir perlahan memenuhi wajah hamba. Sudah lama sekali, belasan tahun lalu. Ketika usia kami masih ranum, begitu hijau. Agaknya waktu telah membekukan syair itu di sebuah gua rahasia di hatinya.
”Meski bilah lontar itu telah kusam, tinta hitam dari kemiri dan jelaga hampir luntur, tapi syair itu tak henti menitiskan rindu dan mengalir hangat di nadiku. Kini tiba saatnya bagiku melunasi karma,” ucap Sang Putri.
Hamba terpana, menerka-nerka arah kerumunan kata yang berhamburan bagai kunang-kunang dari bibir rekah yang dulu hamba rindui. Di luar gubuk, angsa-angsa bercengkerama dengan malam, dengan halimun. Lengking suaranya melengkapi hening
”Jangan ragu. Aku tiba di sini untukmu. Aku akan berkisah. Dan hanya kau yang kupercayai menggurat kisah-kisahku ini di bilah-bilah lontarmu. Karena kau pujangga istana di mana dulu hatiku pernah bahagia….”
Hamba terkesiap, jiwa hamba berdesir, serupa angin subuh mengelus lembut kulit ari. Sudah lama sekali hamba tak mampu menggurat syair. Tiba-tiba hamba terkenang, saat hamba tinggalkan istana, diam-diam di tengah sunyi malam. Demi janji hamba pada keheningan dan pengembaraan.
Pantai demi pantai hamba susuri. Gunung demi gunung menjulang hamba daki. Rimba demi rimba rahasia hamba jelajahi. Lembah demi lembah misteri hamba hayati. Hingga tiba hamba di pesisir timur ini.
Tak ada yang mengenali hamba. Kecuali sunyi, kawan sejati seperjalanan. Bukankah manusia dilahirkan demi merayakan kesunyian? Dan ketika tiba saat kembali, jiwa menyusuri jalan sunyi yang itu-itu juga….
Suatu waktu angin pegunungan mengabarkan warta. Putri jelita sangat bersedih hati tak menemukan hamba di istana. Dia pun pergi membawa duka lara menyeberangi lautan seorang diri, menetap di negeri asing, demi menemukan kesejatian.
Hamba memahami kesedihannya. Hamba terlanjur tergoda kesunyian. Lebih memilih mengasingkan diri, ketimbang mendampingi sang putri melewati hari-harinya di puri. Hamba merasa tak leluasa berada di istana, mengabdi pada raja.
Hamba hanya ingin kembali pada alam dan kaum jelata. Belajar bertani, memahami nyanyian jengkrik dan kodok hijau. Berbaur dengan kuli, petani ladang garam dan nelayan. Mendengar siul angin di pucuk-pucuk bambu. Belajar mengurai makna sabda cicak di dinding kayu.
”Tak perlu disesali. Waktu begitu jauh berpacu. Namun wajah dan hatimu masih seperti dulu. Hanya beberapa helai uban tumbuh di sela-sela hitam rambutmu. Ketahuilah, kau masih selalu pujanggaku.”
Hamba tak pernah tahu, apa wajah dan hati bisa tidak berubah. Hanya waktu yang abadi, dan sekelumit rasa yang berupaya kekal dalam fana.
Remang jadi makin nyalang. Cahaya pelita bergoyang. Mengaburkan bayang-bayang. Angsa-angsa sesekali melengking. Halimun melingkupi pesanggrahan. Dua ekor cicak di dinding kayu sedari tadi menerka-nerka arah jiwa kami. Menerawang sesuatu yang makin sawang.
”Ketahuilah, pujanggaku. Aku bukan sejatinya putri istana. Aku hanya anak jadah. Meski ayahku turunan raja, yang sungguh kasip kuketahui. Namun tak pernah kutahu rupa ibuku. Sedari janin aku telah mencecap getir. Tangis pertamaku menyayat rahim ibu. Hatinya memang telah lama luka. Tak diakui, malu dengan aib sendiri. Aku dibuangnya begitu saja, seperti membilas daki di kelamin…,” keluh Sang Putri.
Hamba tercekat, sungguh terperanjat. Kata-kata berasa duri menyumbat kerongkongan. Nyeri seperti mengalir di sumsum nadi. Hamba hanya mampu terdiam. Sang putri tak henti berkeluh kesah.
Kisah miris ini makin meyakinkan hamba, betapa manusia sejatinya ditakdirkan mengalami kesunyian dan kesepian. Hamba merasa sepasang cicak di dinding kayu sedari tadi tertawa. Dan, lengking angsa menggenapi sunyi kami.
Letih dengan jiwa sendiri, sang putri terlelap di bale-bale bambu, tanpa kelambu. Di bilah-bilah daun lontar hamba mulai menggurat syair. Di remang cahaya pelita, terbayang wajah sang putri, sedang mengutuki dirinya….


www.cerpenkompas.wordpress.com

Rahasia Cantik dari Penjuru Dunia

Spanyol
Rahasia indah rambut wanita Spanyol ada pada jus Cranberry. Mereka menggunakan jus ini untuk keramas setelah rambut mereka dibersihkan dengan shampoo.
Untuk menyingkirkan lingkaran hitam di mata, wanita Spanyol menempelkan irisan kentang tipis diatas mata mereka selama 10 menit.

Brazil
Wanita Brazil menggunakan pasir pantai untuk menyingkirkan sel kulit mati dari tubuh mereka. Caranya, dengan mengambil segenggam pasir pantai, lalu digosokkan ke tubuh.

India
Wanita India mempertebal dan menguatkan rambutnya dengan bantuan minyak kelapa. Dimulai dengan memijat kulit kepala dengan minyak kelapa yang sudah dicampur air hangat. Diamkan semalam dan rambut dicuci keesokan harinya.

Polandia
Madu adalah rahasia para wanita di Polandia untuk melembabkan wajah. Mereka mengoleskan madu ke seluruh wajah dan kemudian membersihkannya setelah beberapa saat. Mereka juga menggunakan madu untuk melembutkan bibir.

Skandinavia
Wanita Skandinavia tahu betul pentingnya air. Mereka minum 2 liter air setiap hari dan memercikan air mineral dingin ke wajah mereka 15 hingga 20 kali sehari. Dengan cara ini mereka dapat meraih kecantikan kulit.

Sumber: Tabloid Nova

Sebuah Cerita Tentang Kasih Sayang

Pada suatu ketika ada suatu pulau yang dihuni semua sifat manusia. Ini berlangsung lama sebelum mereka menghuni tubuh manusia. Sebelum kita mengkotak-kotakannya ke dalam istilah baik atau buruk. Sifat-sifat ini berdiri sendiri sebagai manusia dengan masing-masing cirri khasnya. Optimisme, pesimisme, pengetahuan, kemakmuran, kesombongan, kasih saying, dan sifat-sifat manusia lainnya.
Suatu hari ada pemberitahuan bahwa pulau itu akan tenggelam pelan-pelan. Sifat-sifat ini dilanda kepanikan. Mereka segera menyiapkan perbekalan dan bersiap-siap meninggalkan pulau dengan perahu yang mereka miliki.
Kasih sayang belum siap. Dia tidak memiliki perahu sendiri. Mungkin dia telah meminjamkannya kepada seseorang bertahun-tahun yang lalu. Dia menunda keberangkatan pada saat-saat terakhir karena sibuk membantu teman yang lain bersiap-siap. Akhirnya kasih saying memutuskan ia perlu minta bantuan.
Kemakmuran baru saja akan berangkat dengan perahu yang besar lengkap dengan teknologi mutakhir. “Kemakmuran, bolehkah aku ikut dengan mu?” tanya Kasih Sayang.
“Tidak bisa”, jawab Kemakmuran. “Perahuku sudah penuh dengan seluruh emas, perak, perabotan antic, dan koleksi seni. Tak ada ruang untukmu disini.”
Lalu Kasih Sayang minta tolong kepada Kesombongan yang lewat dengan perahu yang indah. “Kesombongan, sudikah engkau menolongku?”
“Maaf”, jawab Kesombongan, “Aku tak bisa menolongmu. Kamu basah kuyup dan kotor. Nanti dek perahuku yang mengkilap ini kotor jika kau naik.”
Kasih Sayang melihat Pesimisme yang sedang bersusah payah mendorong perahunya ke air. Pesimisme terus menerus mengeluh soal perahu yang terlalu berat, pasir terlalu lembut, air terlalu dingin. Dan kenapa pulau ini mesti tenggelam? Kenapa semua kesialan ini mesti menimpanya? Meski pesimisme mungkin bukanlah teman perjalanan menyenangkan, Kasih Sayang sudah sangat terdesak.
“Pesimisme, bolehlah aku menumpang perahumu?”
“Oh, Kasih Sayang, kau terlalu baik untuk berlayar denganku. Perhatianmu membuatku merasa lebih bersalah lagi. Bagaimana kalau nanti ada ombak besar yang menghantam perahuku dan kau tenggelam? Tidak, aku tidak tega mengajakmu.”
Salah satu perahu yang paling akhir meninggalkan pulau adalah Optimisme. Itu karena dia tak percaya tentang bencana dan hal-hal buruk, termasuk bahwa pulau ini akan tenggelam. Kasih Sayang berteriak memanggilnya, tetapi Optimisme tak mendengar. Ia terlalu sibuk menatap kedepan dan memikirkan tujuan berikutnya. Kasih Sayang memanggilnya lagi, tetapi bagi Optimisme tak ada istilah menoleh ke belakang. Ia terus berlayar ke depan.
Pada saat Kasih Sayang sudah nyaris putus asa, dia mendengar sebuah suara. “Ayo, naiklah ke perahuku!” Kasih Sayang merasa begitu lelah sehingga dia meringkuk diatas perahu dan langsung tertidur. Ia tertidur sepanjang jalan sampai nahkoda kapal mengatakan mereka sudah sampai di daratan kering. Ia begitu berterimakasih, meloncat turun dan melambaikan tangan kepada nahkoda baik hati itu. Tapi ia lupa menanyakan namanya…
Ketika di pantai, ia bertemu Pengetahuan dan bertanya, “Siapa tadi yang menolongku?”
“Itu tadi waktu,” jawab Pengetahuan.
“Waktu?” tanya Kasih Sayang.
“Kenapa hanya Waktu yang mau menolongku ketika semua orang tidak mau mengulurkan tangan?”
Pengetahuan tersenyum dan menjawab, “Sebab hanya Waktu yang mampu mengerti betapa hebatnya Kasih Sayang.”


Sumber: 101 Kisah yang Memberdayakan by George W. Burns